Halaman

Selasa, 10 September 2013

Membentuk Pilar Dakwah Kampus

Cahaya Islam tidak akan pernah redup. Dimanapun pastilah ada orang-orang yang terpilih yang membuka pancaran cahayany disaat kebanyakan orang sedang memjamkan mata, tak terkecuali di kampus tempat LDK berada.

Keberadaan mahasiswa sebagai salah satu elemen yang mewarnai percaturan sebuah negara merupakan sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Dengan bermodalkan idealisme, mahasiswa dituntut untuk tanggap terhadap setiap realita. Tak mengherankan jika mahasiswa selalu berada di garda terdepan dalam menuyuarakn aspirasi menentang setiap kebijakan yang dirasakan berbenturan dengan idealisme yang diusungnya.

Kuatnya mahasiswa memegang idealisme memang terbentuk dari lingkungan mahasiswa yang penuh dengan rasionalitas, yang mengkondisikan mereka untuk selalu menggunakan pemikirannya dalam menjawab setiap permasalahan, walau kadang karakter ini tidak selalu berjalan dengan mulus, karena tidak jarang ungkapan pemikiran-prmikiran mahasiswa berakhir dengan kekarasan fisik bahkan menjurus pada abarkisme (mahasiswakah?).

Realita menunjukan keberagaman pemikiran disuarakan mahasiswa. Hal tersebut terlihat manakala mereka menyuarakannya pada saat unjuk rasa. Masih segar dalam ingatan kita nama-nama seperti HAMMAS, KAMMI, HMI, GEMA PEMBEBASAN dan seabrek nama yang lain yang menyuarakan pemikiran masing-masing. Banyaknya pemikiran yang diusung mahasiswa berdasar dari pemahaman yang melatarbelakanginya, dan semuanya terakumulasi kepada tiga ideologi besar apakah itu ideologi Islam, kapitalisme ataukah sosialisme.

Rasionalitas mahasiswa memang membawa kepada keberagaman pemikiran, sehingga hal itu dianggap wajar terjadi di dunia mahasiswa. Karena itu pula tidak sedikit mahasiswa “ngaku” Islam namun menyuarakan ideologi selain Islam.

Mungkinkah hal ini terjadi karena ketidak tahuan mereka tentang ideologi Islam atau malah sudah tidak percaya lagi bahwa Islam sebagai sebuah ideologi sehingga mengantarkan kepada kebanggaan kepada yang lain (naudzubillah). Lantas siapa yang berkewajiban mendakwahkan Islam kepada mereka?


LDK, ladang dakwahnya mahasiswa

LDK (Lembaga Dakwah Kampus) berperan dalam mengisi fungsi ini. LDK sebagai sebuah lembaga berorientasi dalam dakwah Islam yang ada hampir di setiap kampus di seluruh Indonesia memiliki peran strategi, peran untuk bisa melihat realitas kaum muslimin secara jernih dalam kondisi yang semakin tak menentu, kondisi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Kaum muslim yang selama tiga belas abad memimpin dunia dengan disematkan gelar oleh Allah SWT sebagai khairu ummah kenyataanya berbeda 180 derajat. Umat Islam kini identik dengan kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan segudang atribut negatif lain. Tiada kata yang sanggup untuk mengungkapkan kenyataan ini kecuali ungkapan “tragis!”. Sadarkah kaum muslimin akan keadaan ini? Apa yang bisa dilakukan untuk bisa mengurai benang kusut problematika umat Islam untuk dapat menenmpati posisi semestinya ini?

Analisa yang jernih terhadap kondisi kaum muslimin akan mampus memberikan solusi yang tepat. Realita yang ada menunjukan umat tidak lagi diwarnai kehidupan Islam. Kondisi ketika penerapan syariat Islam meresap keseluruh sendi-sendi kehidupan manusia, keadaan ketika hanya aturan Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai penentu hukum yang berlaku. Merupakan hal yang sewajarnya apabila problematika yang ada ini bisa terurai dengan mengembalikan kehidupan islam. Mengajak umat hiduo kembali dibawah naungan al-Islam. Yang akan menentukan corak umat sebagai masyarakt Islam. Inilah yang disebut dengan dakwah isti’naful hayatil Islamiyah (dakwah untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam).

Fokus dakwah haruslah berorientasi kepada pembentukan pemahaman umat supaya dapat melihat Islam secara jernih dan menyeluruh. Langkah awal yang dilakukan adalh dengan mengarah kepada pola pikir yang tengah berkembang di masyarakat. Pola pikir ini yang akan mengantarkan pemahaman umat. Yang tentunya pemahaman Islam semata. Pemahaman yang menjadikan masyarakt menstandarkan setiap gerak langkahnya kepada Islam. Sedangkan pola pikir Islam akan membentuk umat untuk dapat memandang setiap persoalan atas dasar Islam sehingga umat memiliki daya tangkal terhadap ide, pemahaman, pemikiran dan hukum-hukum selain dari Islam.

Umat akan sadar akan keadaanya dan bersama-sama dengan para aktifis dakwah yang sudah terintegrasikan dengan umat bergerak untuk mengubah keadaan yang ada menuju masyarakat yang Islam. Untuk mengubah keadaan umat yang memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Rangkaian hambatan, rintangan dan cobaan tidak bisa dielakkan. Namun ini tidak bisa menjadikan alasan untuk meninggalkan dakwah. Keadaan umat tidak akan pernah berubah selama tidak ada yang mengubahnya.

Umat membutuhkan pemimpin-pemimpin yang siap terjun di tengah-tengah mereka membina dan mengarahkannya. Seorang aktifis dakwah yang kuat dan tangguh dengan berbekal kemauan yang keras dilandasi kekuatan ruhiyah tercermin dari aqidah dan syakhsiyahnya. Ditambah kekuatan pemahaman Islam ditopang pula kekuatan material yang diperlukan untuk kelancaran dakwah. Dan kampus adalah salah satu sumber menghasilkan pemimpin umat.

Kampus tetap berada di garda depan dalam mencetak kader dakwah yang dapat diandalkan. Peran kampus sebagai mediator lahirnya aktivis dakwah memerlukan usaha yang sungguh-sungguh, sabar dan terus-menerus. Pemahaman terhadap urgennya terhadap pembinaan melahirkan program-program pembinaan yang matang dan terencana karena bagaimanapun semuanya bermuara kepada pembinaan. LDK harus mempunya pola dakwah yang terprogram yang merujuk pada pola dakwah Rasulullah disertai dengan kemmapuan untuk mencari dan membina kader-kader dakwah yang berkualitas. Manajemen pembinaan kader dakwah merupakan hal penting untuk dapat melahirkan aktivis dakwah yang unggul. Pola pembinaan yang yang diterapkan harus mampu memberikan pemahaman tsaqofah Islam yang akan menentukan tujuan dakwah yang hendak dicapai. Kkaren bagaimanapun juga pemahaman aktivis dakwah terhadap Isalam menentukan kualitasnya.

Pembinaan yang berjenjang untuk mengarah kepada tujuan yang telah dicanangkan sehingga terjalin rangkain gerak dakwah yang terpadu dan harmonis. Keberhasilan pembinaan pada umumnya, termasuk di kampus tergantung pada kehandalan materi, pembinaan dan sistemnya.

Saat ini hampir semua masjid kampus telah memiliki pola pembinaan yang sistematis dan terarah walaupun terus dalam upaya untuk memperbaiki diri, karena bagaimanapun konsep tersebut merupakan produk dari manusia yang secara fitrah tidak sempurna.

Aktivis dakwah harus siap untuk membina dan mengarahkan umat menjadi memimpin umat untuk mewujudkan kehidupan Islam. Arah gerak umat sangat bergantung kepada aktivis dakwah yang terjun ke dalamnya. Aktivis dakwah harus memiliki kepahaman terhadap Islam sebagai sebuah mabda yang mencakup aqidah yang terpancar daripadanya syariah untuk mengatur selurub aspek kehidupan. LDK dan aktivisnya harus mempu membimbing dan mempelopor perubahan masyarakat kepada Islam karena bagimanapun kampus adalah bagian dari mmasyarakat secara keseluruham.

Selai bergantung kepad pemahaman kader juga diarahkan untuk bisa melihat ralita umat yang ada. Masyarkat yang ada dihadapan merek tengah memiliki pemahaman, ideologi, pemikiran hukum dan budaya yang melingkupi mereka. Pemahaman kader dakwah terhadap realita empirik masyarakat akan mengantarkan untuk bisa mengeluarkan gagasan yang dikemas dengan apik sebagai uslub metoda praktis dakwah efektif untuk masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar