Halaman

Minggu, 23 November 2014

Ekspektasi terhadap Logistik Global pada proses perdagangan internasional

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi tidaklah dapat dilepaskan dari pengertian modernisasi, dimana modernisasi itu sendiri sebetulnya merupakan perkembangan dari bentuk masyarakat yang modern. Jadi bila kita yang membicarakan modernisasi, sebagai bandingannya adalah perdagangan antar Negara atau perdagangan internasional. Dengan perkembangan zaman seperti ini mengakibatkan munculnya berbagai bentuk perdagangan internasional dari faktor pendorong seperti Logistik Global, faktor penghambat, faktor permasalahan, dan berbagai Ekspektasi yang diingginkan dimasa yang akan datang. Perdagangan internasional merupakan sebagai aplikasi dari ilmu ekonomi mikro dan ekonomi makro, yang selanjutnya dapat melakukan suatu penerapan teori yang khusus mempelajari masalah hubungan ekonomi antar suatu Negara dengan Negara lainnya. Bukan sekedar perdagangan biasa yang hanya fokus pada untung dan rugi. Pada kesempatan ini akan menggambarkan tentang Ekspektasi dari terjadinya Logistik Global dalam perdagangan Internasional. Bab ini membahas tentang bagaimana ekspektasi atau harapan dari pihak customer, perusahaan, dan pemerintah mengenai Logistik Global. Makalah ini juga membahas secara khusus tentang logistik performance index indonesia dan negara-negara yang melakukan Global Logistik lainnya.

Dari uraian diatas penulis mencoba memberikan dan memaparkan mengenai Ekspektasi yang diinginkan oleh pihak customer, perusahaan, dan pemerintah sebagai regulator terhadap Logistik Global pada proses perdagangan internasional terutama di masa yang akan datang.


1.2 Rumusan Masalah
Untuk membatasi pembahasan pada makalah ini, maka penulis merumuskannya sebagai berikut :
1. Apa ekspektasi Logistik Global dilihat dari sudut Customer ?
2. Apa ekspektasi Logistik Global dilihat dari sudut Perusahaan ?
3. Apa ekspektasi Logistik Global dilihat dari sudut Pemerintah ?


1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa itu pengertian Ekspektasi dari Global Logistik sehingga dapat mengimplementasikanya pada kegiatan di bidang perindustrian.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat proses Global Logistik itu berlangsung sehingga bisa menilai apa yang harus dibenahi untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
3. Agar dapat menilai apakah Ekspektasi dari Logistik Global sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.


1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan dan untuk kejelasan penulisan hasil penelitian. Dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan objek pembahasan, latar belakang pembahasan, perumusan masalah, tujuan pembahasan, dan sistematika penulisan. 

BAB II PEMBAHASAN 
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan teori penunjang dalam memecahkan masalah. Bab ini juga membahas mengenai analisisa dari data-data yang telah didapatkan dari wawancara dan konsultasi menggunakan metode analisis yang telah ditetapkan sebelumnya. 

BAB III KESIMPULAN 
Bab ini akan menyimpulkan hasil penelitian serta memberikan saran-saran kepada perusahaan.



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Ekspektasi terhadap Logistik Global
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Ekspektasi merupakan sebuah Harapan atau Tuntutan. Jadi pengertian dari Ekspektasi terhadap Logistik Global adalah Tuntutan Pelanggan terhadap apa yang mereka inginkan dari sebuah produk atau jasa yang ingin mereka gunakan. 

Persaingan global dalam pemasaran produk-produk juga telah mendorong tuntutan standar yang lebih tinggi untuk kualitas layanan dari penyedia jasa logistik oleh para produsen. Tuntutan para produsen semakin kompleks seperti : 
a. Kecepatan respons pada tuntutan pelanggan 
b. Jangkauan layanan yang lebih luas, lintas Negara 
c. Ketepatan dan Kecepatan waktu pengantaran 
d. Fleksibilitas untuk melakukan pengantaran yang semakin sering dan cepat 
e. Tuntutan atas keamanan barang dari pencurian dan juga keutuhan barang selama perjalanan 
f. Tuntutan untuk dapat ikut menjaga dan meningkatkan corporate image dari produsen 
g. Tuntutan untuk dapat memberikan layanan yang memberi nilai tambah bagi produsen

Selain tuntutan yang lebih kompleks, persaingan yang semakin meningkat juga menuntut peningkatan efisiensi sehingga dapat menekan biaya-biaya : 
a. Transportasi dan Pergudangan 
b. Biaya Inventory 
c. Kerusakan atau penurunan mutu barang 
d. Kehilangan atas pencurian atau pendodosan 
e. Asuransi dan administrasi lain 
f. Proses pengeluaran Bea dan Cukai dan badan lainnya 
g. Pungutan-pungutan liar dan hambatan-hambatan yang mengada-ada 


2.2.Ekspektasi terhadap Logistik Global dilihat dari sudut Pemerintah
Ekspektasi pemertintah terhadap adanya Logistik Global bisa dilihat dari beberapa situasi dan tindakan pemerintah yang ada dikehidupan sehari-hari. Pemerintah memiliki ekspektasi agar Logistik Indonesia bisa “Terintegrasi secara Lokal, Terhubung secara Global”.

Pada tahun 2025, sektor logistik indonesia diharapkan bisa secara domestik terintegrasi antar pulau dan secara internasional terkoneksi dengan ekonomi utama dunia dengan efisien dan efektif, akan meningkatkan daya saing nasional untuk sukses dalam era persaingan rantai suplay dunia. Penelitian dan survey Global Competitiveness Index (GCI) yang dilakukan oleh World Economic Forum pada tahun 2007-2008 menempatkan Indonesia pada urutan ke 54 dari 131 negara yang disurvey, berada dibawah Thailand (28), Malaysia (21), dan Singapura (7). Dalam laporan survey Logistics Performance Index (LPI) tahun 2007, Bank Dunia menempatkan Indonesia pada posisi ke 43, dari 150 negara yang di survey, berada dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Khusus untuk salah satu dari 7 (tujuh) tolok ukur yang ada dalam LPI diatas, indikator biaya logistik domestik Indonesia berada di peringkat 92 dari total 150 negara yang disurvey. 

Persaingan saat ini adalah persaingan antar rantai suplai. Logistik adalah kegiatan dalam Rantai Suplai. Sektor logistik penting dalam peningkatan daya saing negara. Porsi biaya logistik terhadap harga barang adalah sekitar 20% lebih. Biaya logistik negara di dunia memiliki besaran sekitar 10%-20% untuk negara maju dan berkembang. Kondisi ini telah menginspirasi banyak negara untuk melakukan penataan dan merumuskan kebijakan nasional mereka dalam sektor logistik. Indonesia bisa menjadikan perkembangan di beberapa negara sebagai referensi yang sangat berharga. Australia misalnya, mematok sasaran dan strategi bisnis logistik sebagai bagian dari daya saing nasional. Untuk itu, mereka membentuk Australian Logistics Council yang khusus menangani masalah ini. Hong Kong mencanangkan visi sebagai “Gateway for Pearl River Delta”, yaitu pintu gerbang ke wilayah China di sekitarnya. Singapore jelas menempatkan strategi sektor logistik menjadi primadona industrinya dan memiliki visi “A Leading Integrated Logistics Hub in Asia by 2010”. Masyarakat Ekonomi Eropa, melalui “EULOC Vision 2015”, mendukung terbangunnya “linkage” antar negara anggota, untuk meningkatkan daya saing satu Eropa, melalui peningkatan standardisasi logistik. Amerika Serikat memiliki “VISION 2050: An Integrated National Transportation System” yang fokus pada pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang dibutuhkan oleh semua industri. Sementara Thailand, merencanakan menjadi “Regional Logistics Hub” untuk kawasan Indochina (Vietnam, Laos, Kamboja, Myanmar dan sebagian Mainland China). Thailand juga mencanangkan tujuan untuk dapat menurunkan total biaya logistik-nya sebanyak 9% selama 5 tahun ke depan.

Dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang telah terjadi di external (yaitu adanya tekanam komitmen di tingkat regional maupun global, perubahan peta pasar, persaingan, peraturan tentang transportasi multi-modal, perkembangan teknologi informasi, keamanan dan adanya keterbatasan kapasitas) dan dengan menilik pada kekuatan dan kelemahan berbagai faktor dalam logistik nasional pada saat ini, maka Strategi Logistik Indonesia memiliki Ekspektasi dan diharapkan akan mengutamakan strategi pada ”6 (enam) faktor penentu logistik nasional” atau ”the 6 (six) major national logistics drivers”, yaitu: 

a. Komoditas Penentu (Key Commodities), 
Kebijakan logistik nasional harus merupakan kebijakan logistik yang mendukung kinerja dan pengembangan komoditi utama nasional. Kebijakan harus disusun berdasarkan komoditas penentu (key commodities) atau industri kunci dari seluruh kegiatan logistik di Indonesia. Komoditas Perdagangan dan Perindustrian tersebut mencakup kebutuhan Domestik maupun Internasional. Sesuai dengan prinsip kegiatan logistik, maka komoditas kunci terebut ditentukan bukan oleh nilai/harganya, tetapi dari volume atau beratnya. 

b. Peraturan dan Perundangan (Laws and Regulations),
Kebijakan logistik nasional harus mencakup upaya sinkronisasi dan penyempurnaan peraturan perundangan (laws dan regulations) yang telah ada, atau menyiapkan peraturan perundangan yang baru apabila diperlukan, dalam kerangka memberikan “payung hukum” yang sesuai untuk tercapainya 5 (lima) komponen strategi logistik nasional lainnya. Kebijakan logistik juga harus meliputi peraturan perundang-undangan yang melindungi kepentingan sektor logistik secara khusus dan kepentingan negara pada umumnya. 

Selain pembuatan dan sinkronisasi dari peraturan-peraturan, juga digarisbawahi pentingnya upaya penegakan hukum (law enforcement) agar peraturan-peraturan yang dibuat dapat efektif dijalankan oleh para pelaku. 

c. Prasarana dan Sarana (Infrastructure),
Kebijakan logistik nasional harus menentukan lintasan distribusi optimal untuk rencana arus komoditas penentu (key commodity) tersebut diatas. Yang dimaksud dengan lintasan optimal adalah lintasan dengan biaya termurah, waktu tersingkat dan jarak terpendek. Lintasan optimal ini membutuhkan jenis dan lokasi (“apa dan dimana”) dari infrastruktur (prasarana dan sarana) yang mendukungnya. Infrastruktur adalah “landasan” dari strategi logistik nasional. Kebijakan logistik nasional akan menetapkan rencana pembangunan, penataan kembali dan pengembangan infrastruktur logistik nasional secara bertahap. Berikut ini adalah kondisi infrastruktur Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara berkembang lainnya :

d. Sumber Daya Manusia dan Manajemen (Human Resources and Management), 
Kebijakan logistik nasional harus menggariskan kebijakan peningkatan dan pengembangan kompetensi sumberdaya manusia, termasuk pengembangan institusi lembaga pendidikan bidang logistic dalam rangka peningkatan kompetensi, yang pada gilirannya akan memperbaiki kinerja tempat SDM tersebut berkarya. 

Sebuah sistem logistik yang efisien dan terintegrasi sangat dibutuhkan untuk menopang industri secara keseluruhan. Sistem ini baru bisa bekerja dengan baik apabila didukung oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia yang sesuai. Strategi dalam bidang ini dapat berbentuk dukungan bagi perguruan tinggi yang memperkenalkan program studi khusus manajemen Logistik dan Rantai Suplai, mendorong komunitas profesi di bidang yang terkait dengan Rantai Suplai dan Logistik untuk berkolaborasi menyusun program sertifikasi nasional bidang ini, melakukan survey khusus tentang profesi di bidang ini yang kemudian dipublikasikan secara regular sebagai salah satu cara untuk mempromosikan profesi ini masyarakat yang lebih luas, dan secara berkesinambungan mendorong diselenggarakannya kegiatan (seminar, konferensi, pameran, dan lain-lain) yang terkait dengan pembelajaran dan penerapan “global management best practices” di bidang Logistik dan Rantai Suplai dalam industri di Indonesia. 

Sangat luasnya spektrum bidang keahlian khusus (spesialisasi) di dalam manajemen rantai suplai dan logistik menyebabkan tidak ada satu pelaku pun yang mampu mengerjakan seluruh mata rantai kegiatan logistik secara utuh. Namun sebaliknya, setiap pelaku dari salah satu mata rantai logistik diharapkan memahami keseluruhan proses dengan baik sehingga dapat memahami dengan baik perannya terhadap keseluruhan proses. Sebagai contoh luasnya spektrum kegiatan logistik, kita bisa melihat peran/kegiatan yang berbeda dari bermacam segmen penyedia jasa logistik. Peningkatan kualitas sumber daya manusia akan dituangkan dalam bentuk sertifikasi keahlian. Sertifikasi keahlian adalah hasil akhir dari suatu proses pelatihan teori dan praktek, dengan hasil akhirnya ditentukan oleh sebuah ujian. Agar tetap mendapat pengakuan atas sertifikasi keahlian tersebut, umumnya pemegang sertifikasi harus secara berkelanjutan mengikuti kegiatan seminar, studi dan semacamnya, yang diberi poin/’cum’ khusus, untuk selalu mengasah keahlian tersebut. 

Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan dalam pembuatan Perundang-undangan dan Peraturan-Peraturan, maka peningkatan kemampuan sumber daya manusia dengan pelatihan sertifikasi yang dimaksud tidak akan memberikan sertifikasi yang utuh meliputi seluruh aktifitas logistik, namun justru akan dikeluarkan sejumlah sertifikasi keahlian menurut bidangnya masing-masing yang berada dalam cakupan aktifitas logistik. Agar tidak timbul sertifikasi keahlian yang tumpang tindih, diperlukan sinkronisasi dan penyamaan pemahaman dari keahlian yang dibutuhkan dalam bidang rantai suplai dan logistik ini. Seluruh lembaga sertifikasi profesi di bidang rantai suplai dan logistik yang ada di Indonesia diharapkan untuk berkoordinasi, dan kemudian bekerja-sama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), menentukan kurikulum sertifikasi terkait dan metoda akreditasi lembaga-lembaga sertifikasi profesi dalam bidang ini di Indonesia.

Badan yang menaungi seluruh asosiasi bisnis yang terkait dengan logistik pada gilirannya juga diharapkan untuk mendukung program ini, dengan salah satunya adalah mendorong perusahaan anggotanya untuk melakukan perekrutan karyawan dengan mengutamakan calon karyawan yang telah memiliki sertifikasi keahlian yang diakui tersebut. Agar pelaku usaha tidak ragu untuk melakukan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, maka harus diberikan suatu insentif (misal: insentif perpajakan atau penerapan ikatan dinas), mengingat dalam situasi keterbatasan sumber daya manusia besar kemungkinan akan terjadi praktek ‘pembajakan’ para ahli profesi ini. Serifikasi keahlian ini juga akan berfungsi untuk semakin meningkatkan daya saing profesional Indonesia di tingkat nasional, regional maupun global, dibanding profesional dari negara lain. Sertifikasi ini juga akan memberi kesempatan yang lebih besar kepada sumber daya manusia Indonesia untuk berperan dalam pengembangan sektor logsitik di negaranya sendiri. Pemerintah dapat berperan lebih jauh lagi, dengan lebih aktif dengan mengalokasikan sebagian dananya untuk mendorong percepatan peningkatan keahlian sumber daya manusia, baik secara langsung berupa beasiswa maupun melalui penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai


e. Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology)


Kebijakan logistik nasional harus menentukan arah pembangunan jaringan teknologi informasi, dan intensifikasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang kualitas dan kinerja sektor logistik nasional sehingga mampu memonitor pergerakan arus barang setiap saat pada semua simpul lintasan distribusi dan juga mempermudah transaksi antara berbagai pihak yang terkait dalam rantai suplai.

Pengembangan bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi akan berfokus pada pemanfaatan strategis yang ingin diambil dari Teknologi Informasi dan Komunikasi, yaitu: 
1. Percepatan proses pemeriksaan, verifikasi, dan pelaporan karena semua data sudah terinput pada satu sistem sehingga mudah dikses dari manapun dan oleh setiap pihak yang terlibat pada proses pengiriman barang-barang (sesuai dengan otoritasnya) 

2. Kepastian informasi yang tepat waktu atas proses yang sedang berlangsung disepanjang jalur pipa logistik (logistics pipeline visibility). Informasi ini akan dapat digunakan oleh semua peserta rantai suplai untuk mengambil tindakan antisipatif agar tujuan efisiensi dapat tercapai. 

3. Transparansi atas penerapan peraturan yang berlaku atas proses yang berlangsung sepanjang perjalanan, mengurangi kontak langsung antara individu, sehingga selain dapat meningkatkan efisiensi pemanfatan sumber daya manusia, juga dapat menurunkan dan menghapuskan praktek pungutan-pungutan liar dan suap. 

4. Terciptanya database yang lengkap, akurat dan tepat waktu atas arus barang yang bergerak masuk atau keluar negeri sehingga dapat digunakan bagi para pembuat kebijakan dan para pengambil keputusan 

5. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan produk/barang mulai dalam proses pembuatan (produksi), penyimpanan (gudang), pengiriman (transportasi), sampai di tingkat pengecer (pedagang) dan konsumen akhir. 

Berikut ini adalah akibat dari salah satu contoh buruknya Komunikasi Logistik Global Indonesia dimana ditahun berikutnya Pemerintah Indonesia memiliki ekspektasi untuk bisa memperbaikinya :

Menurut ahli :
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi mengatakan, waktu menginap peti kemas di pelabuhan (dwelling time) Indonesia termasuk yang paling lama di kawasan Asia Tenggara.

Sofjan mencontohkan dwelling time di Singapura makan waktu 1,5 hari, Malaysia 3 hari dan Thailand sekitar 4 hari hingga 5 hari. "Di Indonesia ini bisa sampai 14 hari," kata Sofjan ketika dihubungi Tempo, Kamis, 11 Juli 2013.
Sofjan mengatakan dwelling time yang sangat panjang ini disebabkan lemahnya koordinasi antar-instansi yang berwenang di pelabuhan. Akibatnya, kata Sofjan, masing-masing instansi berjalan sesuai dengan kepentingan masing-masing.
"Kelemahannya selalu tidak mau duduk bersama. Kalau pun duduk bersama, tidak ada konsensus. Akibatnya setelah itu ya jalan sendiri-sendiri lagi," kata Sofjan.
Sofjan menyayangkan pemeriksaan yang tak bisa dilakukan lewat koordinasi dalam satu pintu ini. Pemeriksaan yang terlalu panjang ini dinilai Sofjan sebagai bentuk ketidakpercayaan terhadap dunia usaha. "Dianggap semua perusahaan itu maling, jadi dipersulit semua sehingga biaya usaha tambah mahal," kata Sofjan.
Sofjan juga mengeluhkan terlalu rumitnya pengelompokan jalur pemeriksaan barang oleh Bea Cukai. Pembedaan jalur prioritas--jalur merah dan jalur hijau--menurutnya justru membingungkan. "Kenapa yang dapat jalur prioritas cuma segelintir? Kalau mau mempermudah usaha, semua ya diberi jalur prioritas. Jangan karena 1-2 kesalahan di pembukuan langsung tidak bisa masuk jalur prioritas," keluh Sofjan.
Sebelumnya, pemerintah menargetkan dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok maksimal 3 hari. Namun, menurut catatan Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan, rata-rata dwelling time berbagai jalur pemeriksaan pada Januari hingga Mei 2013 mencapai 8,13 hari.
Terdapat 3 jalur pemeriksaan kargo di pelabuhan, yaitu jalur prioritas (MITA), jalur hijau, dan jalur merah. Rata-rata dwelling time pada jalur MITA sepanjang Januari hingga Mei 2013 mencapai 4,7 hari. Rata-rata dwelling time pada jalur hijau pada periode yang sama mencapai 6,15 hari, dan pada jalur merah 10,45 hari.

f. Penyedia Jasa Logistik (Logistics Service Providers). 
Kebijakan logistik nasional harus fokus untuk memberdayakan jasa-jasa yang terkait dengan logistik, dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para penyedia jasa logistik untuk mengembangkan usahanya dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional dalam arti yang luas termasuk perusahaan penyedia jasa logistik (Logistics Service Provider - LSP) milik lokal, agar lebih professional dan memiliki daya saing, tidak saja dalam skala lokal tetapi juga global. Seluruh upaya pemberdayaan tersebut harus tetap berpegang pada prinsip bahwa tujuan utama kegiatan logistik adalah “High Service at Low Cost”. Berikut ini adalah perusahaan-perusahaan Logistik service Provider baik lokal maupun internasional yang beroperasi di Indonesia:


2.3.Ekspektasi terhadap Logistik Global dilihat dari sudut Perusahaan
Logistik global berpengaruh terhadap ekspektasi perusahaan. Ekspektasi perusahaan itu salah satunya adalah tujuan perusahaan yang terwujud. Dalam mewujudkan tujuan tersebut diperlukan perbaikan dari dalam perusahaan itu sendiri. Mulai dari perbaikan terus menerus dalam kinerja perusahaan itu sendiri. Sebuah perusahaan tentunya menerapkan sistem standar kinerja tersendiri bagi perusahaannya. Pengertian standar kinerja itu sendiri adalah standar yang menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan sebagai kriteria evaluasi kinerja. Dengan standar kinerja yang baik dan produktifitas karyawan yang bagus maka tujuan perusahaan pun akan didapat.

Ekspektasi perusahaan terhadap logistik global diantaranya dapat meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, meningkatkan aksesibilitas ke jaringan internasional atau mengembangkan jaringan bisnis perusahaan, meningkatkan volume perdagangan perusahaan, meningkatkan pangsa pasar perusahaan, meningkatkan pelayanan perusahaan kepada pelanggan, mengurangi biaya perusahaan, meningkatkan kinerja bisnis perusahaan. Penjelasan dari masing-masing ekspektasi tersebut adalah:

a. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan:
Operasional merupakan salah satu instrumen dari riset karena merupakan salah satu tahapan dalam proses pengumpulan data. Operasional memudahkan pengukuran variabel. Perjalanan perusahaan dalam mewujudkan tujuan tentunya membutuhkan banyak proses yang harus dilalui. Operasional perusahaan adalah salah satu kegiatan di dalam proses tersebut. Dalam hal ini perusahaan menginginkan operasional yang lancar, baik operasional produktifitas kerja dan operasional produksi. Misalnya dalam operasional produksi, apabila operasional produksi baik, maka perusahaan dapat mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan serta mengefektifkan waktu produksi. Dengan begitu perusahaan mampu bersaing dalam logistik global.

b. Meningkatkan aksesibilitas ke jaringan internasional atau pengembangan jaringan bisnis:
Dalam setiap perusahaan tentu mempunyai jaringan usaha tersendiri. Jaringan sangatlah dibutuhkan dalam suatu perusahaan. Semakin kuat dan besar jaringan, semakin baik untuk perusahaan. Membangun jaringan yang baik kepada partner bisnis, konsumen, dan supplier dapat meningkatkan aksesibilitas perusahaan. Dengan adanya logistik global, maka aksesibilitas jaringan perusahaan tersebut semakin baik, sehingga perusahaan dapat mengembangkan bisnisnya dan meningkatkan profit perusahaan.

c. Meningkatkan volume perdagangan perusahaan:
Adanya jaringan yang luas dan hubungan yang baik dengan partner bisnis dan konsumen akan berpengaruh terhadap banyaknya konsumen, sehingga permintaan produk tentunya akan menjadi lebih tinggi dan profit perusahaan akan lebih besar.

d. Meningkatkan pangsa pasar perusahaan
Aksesibilitas jaringan yang luas dan permintaan pasar yang terus besar, akan meningkatkan pangsa pasar perusahaan dalam kancah pasar internasional.

e. Meningkatkan pelayanan perusahaan kepada pelanggan:
Dengan adanya logistik global, perusahaan dapat memenuhi tuntutan pelanggan. Antara lain tuntutan pelanggan untuk lebih cepat, lebih murah, dan tepat waktu. Misalnya, dari segi transportasi dengan adanya logistik global diharapkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah memadai dan sesuai dengan operasional industri yang ada, sehingga kecepatan dan ketepatan waktu barang sampai ke konsumen dapat dicapai.

f. Mengurangi biaya perusahaan:
Dengan adanya logistik global, perusahaan berharap dapat mengefisiensikan biaya dari beberapa segi, diantaranya efisiensi biaya dari segi produksi, biaya operasional, biaya pemasaran, biaya promosi, biaya distribusi, dan biaya transportasi. Misalnya saja efisiensi dari segi distribusi, dengan global logistik, perusahaan dapat berkomunikasi langsung dengan pelanggan, sehingga mempermudah channel distribution. Kedua, dari segi biaya pemasaran dengan logistik global yang sekarang sudah berbasis internet, maka akses dari produsen dengan konsumen lebih baik.

g. Meningkatkan kinerja bisnis perusahaan:
Semakin luas jaringan bisnis, hubungan baik, dan pangsa pasar yang luas akan meningkatkan produksi perusahaan. Dengan meningkatnya produksi perusahaan, maka semakin meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri.

Berikut ini merupakan contoh ekspektasi perusahaan terhadap logistik global:
Kinerja PGN Sesuai Harapan
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) diprediksi mampu merealisasikan kinerja keuangan tahun ini sesuai target sejumlah analis. Hal ini didukung oleh pelemahan nilai tukar yen Jepang terhadap dolar Amerika Serikat dan peningkatan volume distribusi gas.

“Berlanjutnya depresiasi mata uang negara Jepang terhadap dolar Amerika Serikat membuat PGN meraih keuntungan nilai tukar (foreign exchange) sebesar US$ 68 juta hingga semester I-2013. Sebab, sebanyak 59,5% dari total utang senilai US$ 483 juta berupa yen Jepang,” ungkap analis Bahana Securities Jennifer Frederika Yapply dalam risetnya, Senin (2/9).
Pandangan senada diungkapkan analis RHB OSK Securities Indonesia Willi Sitorus. Menurut dia, tercapainya target laba bersih PGN per semester I-2013 sesuai dengan perkiraan konsensus analis didorong atas perolehan keuntungan nilai tukar mata uang. “Besarnya eksposur utang dalam mata uang yen Jepang membuat PGN menorehkan lonjakan keuntungan forex gain besar hingga semester I- 2013,” tulis dia dalam risetnya. 

Hingga semester I-2013, PGN membukukan kenaikan laba bersih sebesar 12% menjadi US$ 457,5 juta dibandingkan periode sama tahun lalu mencapai US$ 409,8 juta. Sedangkan pertumbuhan volume distribusi dan transmisi gas, serta bertambahnya kontribusi dari anak usaha berhasil mendongkrak pendapatan perseroan sebesar 26% dari US$ 1,18 miliar menjadi US$ 1,49 miliar.



Fakta tentang sarana pemerintah terhadap logistik yang belum memadai 
Pemerintah berharap para pengusaha nasional bisa menunjukkan kemandiriannya dan tidak bergantung kepada fasilitas yang disediakan pemerintah. Alasannya, anggaran yang disediakan pemerintah sangat terbatas jika untuk membiayai seluruh fasilitas seperti infrastruktur, dan sebagainya.

"Jangan sampai ketika akan membangun pabrik misalnya, minta dulu fasilitas seperti jalan, listrik, air bersih, tidak mungkin mengandalkan pemerintah terus karena dananya minim," kata Deputi Menteri Koordinator Perekonomian bidang Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawady di Jakarta, Senin (17/9/2012). Edy mengibaratkan pengusaha sebagai tentara yang harus berdiri paling depan dalam pentas perekonomian, sementara pemerintah sifatnya hanya pendukung yang berada di belakang garis pertahanan.

"Kita dorong supaya pengusaha mau bersama-sama membangun infrastruktur, terutama untuk wilayah yang menyokong bisnis mereka," katanya. Edy pun mencontohkan, dengan mendorong kemitraan pemerintah-swasta untuk pembangunan berbagai proyek infrastruktur. Dia mengakui dalam hal sistem logistik di Indonesia misalnya, Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara tetangga karena tidak berimbangnya pembangunan infrastruktur darat dan laut.

"Memang dengan kondisi wilayah Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah laut merupakan tantangan dalam hal angkutan barang, kita butuh banyak pelabuhan," kata Edy. Sebagai konsekuensi dari ketertinggalan itu, kata Edy, pemerintah akan mulai menurunkan biaya angkut logistik Indonesia sebesar 3% pada 2012 sehingga pada 2015 target penurunan biaya sebesar 10% dapat tercapai.

Sesuai dengan Perpres No 26 tahun 2012 maka pemerintah akan menjalankan implementasi sistem logistik nasional (Silognas) dengan harapan agar Indonesia mampu bersaing dengan negara lain di kawasan ASEAN ketika memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) pada 2015.


2.4.Ekspektasi terhadap Logistik Global dilihat dari sudut Customer
Kinerja logistik dapat berdampak pada knerja ekonomi suatu negara. Kinerja logistik yang tinggi dapat berkontribusi untuk meningkatkan efisieensi operasional, meningkatkan aksesibilitas ke jaringn internasional dan volume perdagangan. Oleh karenanya diperlukan kontribusi perbaikan yang meliputi peningkatan tingkat operasonal, meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, akses sumber daya yang mudah, mengurangi biaya, fokus pada bisnis inti, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan kinerja bisnis, dan mengembangkan jaringan. Dengan begitu akan mempebaki keadaan logistik eceara global. Logistik memiliki peran yang kompleks dalam mengelola arus barang, jasa dan informasi terkait. Dan peringkat indonesia dari logistik performance index tersendiri adalah 75 dari 155 negara di tahun 2011 menurut World Bank.

Saat ini, peran logistik semakin meluas tidak hanya untuk memindahkan produk dan bahan, tetapi juga menciptakan persangan. Dengan adaya persaingan membuat perusahaan semakin memperbanyak memberikan varian terhadap customer atau pelanggan. Kinerja logistik secara signifcant mempengaruhi kepuasan pelanggan, penjualan dan pangsa pasar. Ketika kinerja logistik dapat berjalan secara efektif dalam mengintegrasikan fungsi hulu sampai operasional dan hilir pemasaran dalam rantai pasokkan, maka kinerja bisnis scara keseluruhan juga dapat secara significant meningkatkan dan mendorong keberlanjutan pasar yang ada serta penyebaran pasar baru.

Pada tingkat makro kinerja logistik industri di suatu negara memiliki dampak besar pada ekonomi kinerja negara. Kinerja logistik dari semua sektor mempegaruhi pada pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran suatu negara. Semakin efisien manajemen logistik maka semakin kecil margin biaya logistik pada barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen. Kualitas kinerja logistik akan mengurangi margin biaya dalam produk dan jasa, meningkatkan efisiensi operasional, memperbaiki akses negara ke pasar internasional dan meningkatkan volume perdagangan. Ketika semua sektor dalam suatu negara memiliki kinerja logistik yang unggul, maka daya saing suatu negara akan meningkat. Dalam rantai pasokan dunia efektifitas untuk logistik global merupakan kunci keberhasilan negara. 

Dengan adanya logistik global ini orang dapat membeli suatu barang dapat dengan mdah hanya tinggal meng-klik mouse komputernya. Namun bagaimana caranya barang tersebut itu untuk sampai ke tangan pembeli tidak lepas dari spek logistik. Kine toko konvensional dapat disaingi dengan toko online tetapi kedua-duanya tetap terkait dengan kedua bend yang sama. Pembelian secaa online buat sebagian orang memang terasa efisien prosesnya, yaitu tinggal mencarinya diinternet kemudian memesannya. Mungkin hal ini hanya diperlukan beberapa detik atu menit saja untun memesannya. Namun demikian, sering didapati bahawa barang yang dipesan tersebut baru akan sampai ke tangan pembeli beberapa hari setelah itu. Proses pemesanannya memang cepat tetapi diterimanya masih butuh waktu.

Dengan melihat banyak hal yang mengakibatkan tingginya inefisiensi dalam suatu proses logistik membuat pemain dalam lingkungan logistik ini harus berjuang keras agar dapat memenuhi keinginan customer online tersebut. Oleh karenanya industri logistik peranannya semakin penting dan untuk saat ini belum bisa tergantikan. Dengan demikian bahwa logistik bukan sebagai pelengkap dalam suatu value chain, namun menjadi salah satu elemen kunci dalam perekonomian global. Dan kini ekspektasi pelanggan semakin lama semain tinggi terhadap kecepatan pengiriman barang.

Persaingan global dalam bidang logistik mendorong adanya tuntutan standar yang lebih tinggi dari customer atau pelaggan. Tuntutan yang lebih tinggi ini erupakan ekspektasi pelanggan yang harus dipenuhi. Adapun ekspektasi pelanggan antara lain: 
a. Kecepatan tanggap dari produsen : dengan adanya logistik global yang memberikan kemudahan maka pelanggan menuntut agar produsen itu lebih cepat tanggap dalam memenuhi keinginan pelanggan.

b. Jangkauan layanan yang luas : dengan adanya logistk global maka pelanggan berhaap dapat menjangkau wilayah yang luas untuk mendapatkan barang atau jas yang sesuai dengan keinginan, jadi dengan adanya logistik global ini pelanggan berharap memiliki layanan yang luas sampai ke luar negri.

c. Ketepatan dan kecepatan pengantaran : dengan adanya logistik global maka pelanggan berekspektasi bahwa layanan pengiriman akan tepat sasaran dan cepat dalam proses pengantarannya.

d. Keamanan : tentunya dengan adanya logistik global ini maka keamanan barang juga harus diperhatikan yang didukung dengan teknologi yang ada misalkan barcode.

e. Layanan nilai tambah : dengan adanya kemudahan logistik global maka pelanggan juga mengharapkan adar mendapatkan layanan nlai tambah, misalnya asuransi atau jaminan untuk keadaan barang

f. Biaya murah : tidak dapat dipungkiri dimana-mana pelanggan mengharapkan biaya yang murah maka dengan adanyalogistik global dapat memangkas beberapa biaya. Contohnya biaya warehouse, biaya distribusi, biaya pemasaran dan lain sebagainya maka pelangggan mengharakan biaya yang murah

g. Mudah dan instan : hal ini sudah jelas bahwa dengan adanya logistik global akan memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan misalnya saja melalui internet sehingga dengan adanya logistik global ini akan dapat member kemudahan untuk dapat mendapatkan barang di negara lain dengan mudah dan instan

h. Barang berkualitas: sangat diharapkan bahwa mendapatka barang yang berkualita denga adanya logistik global ini tak dapat terhindarkan karena akan semakin banyak persaingan yang ada dari perusahaan-perusahaan sehingga varian dah standarnya akan semakin tinggi apalagi didukung oleh teknoogi.

Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa adanya logistik global mempengaruhi kinerja suatu negara. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja ekonomi suatu negara adalah kinerja logistik suatu negara tersebut. Sedangkan kinerja logistik dapat dilihat dari seberapa mampunya perusahaan memenuhi ekspektasi pelanggan dalam logistik global ini. 

Adapaun ekspektasi yang diharapkan pelanggan adalah mendapatkan barang (produk) atau jasa yang berkualtas dengan harga yang murah dan dapat diterima dlam waktu yang tepat dan cepat, serta dapat mendapatkan barang atau jasa sesuai dengan keinginan dengan cara yang mudah serta instan tanpa harus datang langsung ke toko konvesionalnya karena dapat mengefisienkan biaya dan mengefektifkan waktu.

1 komentar: