Halaman

Kamis, 13 Agustus 2020

Rentannya Hati Menjelang Pernikahan Suci

Pernikahan adalah  perjanjian yang kokoh antara kita dengan Allah SWT. Maka sudah selayaknya, kita pun mengawali setiap tahapan menuju pernikahan pada segala hal yang menghantarkan ridho Allah SWT kepada kita. Memulai tahapan tersebut dengan cara yang tak sampai membawa kemaksiatan kepada Allah SWT, hingga kelak kita mampu menjadikan Allah SWT sebagai fokus utama kita dalam menjalani rumah tangga

Menikah akan menggenapkan separuh agama kita, dan kita diminta untuk menyempurnakannya dengan amalan-amalan kita yang lain. Itulah sebabnya setan tak akan pernah menyukai setiap diri yang memiliki niatan tulus untuk beribadah kepada Allah SWT. Termasuk dalam perkara pernikahan. Setan akan terus berjuang untuk menggoda, sekaligus menghancurkan rumah tangga yang dibangun dalam rangka ibadah kepada Allah SWT.

Maka sesungguhnya adalah suatu hal yang wajar, saat kita hendak menempuh pernikahan yang suci, kita akan menjumpai berbagai ujian yang terus menghadang. Kita akan mudah jatuh tergelincir tatkala kita tidak memiliki keimanan yang kuat, dan setan akan bersorak riang gembirai pada setiap keputusan diri yang mensirnakan Allah SWT di dalamnya.

Ujian menjelang pernkahan itu berbeda-beda, tidak sama antara satu orang dengan orang lainnya. Ada yang diuji dengan tidak turunnya restu orang tua, ada yang justru diuji dengan kekurangan dari sosok calon yang makin kesini makin terlihat.

Ada yang diuji dengan keraguan yang tiba-tiba hadir, ada pula yang diuji dengan kehadiran sosok mantan ta'arufan idaman terdahulu yang tiba-tiba menghubungi lalu mengatakan, "Assalamu'alaykum. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya saya ingin kembali dengan proses kita dahulu... "

Luar biasa ya ujian maupun godaan menjelang pernikahan, Dalam hal ini setan mampu memainkan hati kita dengan kehati-hatian, tapi setan juga bisa saja tak segan mengobrak-abrik hati kita hingga hawa nafsu kita merajai.

Pada masa inilah kita perlu jeli dan teliti mana sekiranya kode dari Allah SWT agar kita memutuskan mundur dari rencana pernikahan kita, atau maka sekiranya membuat kita bertahan untuk terus berjuang tak peduli bagaiman setan menggoda.

Ketahuilah, ini tentang hati. Keputusan untuk menikah adalah keterlibatan antara hati kita dengan Allah SWT. Semua ini adalah tentang bagaimana kita membangun hubungan kita terlebih dahulu dengan Allah SWT sebelum kita menjalin hubungan yang kuat dengan makhluk-Nya.

Kita perlu memastikan bahwa kita memulai pernikahan dengan niat dan cara yang baik. Kita telah memilih sosok yang memang pantas untuk kita jadikan sebagai pasangan kita. Kita telah benar-benar memiliki kesiapan lahir batin dan kemauan yang besar untuk beribadah kepada Allah SWT. Dan kita telah berusaha mengenal diri kita dengan sebaik-baiknya hingga tumbuh sikap dewasa dan kesadaran utuh dalam setiap pengambilan keputusan apapun.

Dan satu yang terpenting, kita selalu melibatkan Allah SWT dalam egala hal, tak melupakan Allah SWT dalam setiap proses kita. Karena dengan mengikutsertakan Allah SWT dalam hati kita, kita akan measakan sendri tuntunan dan bimbingan dari Allah SWT tentang mana yang terbaik untuk hidup kita.

Maka sempurnalah ajaran Islam yang meminta kita untuk memberikan jarak antara khitbah dengan walimah dalam rentang waktu yang tidak lama. Karena pada masa ini, hati membutuhkan pertahanan yang ekstra kuat. Karena salah satu ujian besar pada tahap ini, adalah tak sedikit yang mengganggap khitbah dengan istilah setengah halal, yang pada akhirnya membuat merasa bebas untuk melakukan banyak hal dengan calon pasangannya, hingga sampai pada perbuatan zina pun tak bisa dilawan. Padahal sebentar lagi, andai mau bersabar dengan mengisi masa ini dengan sepenuhnya taat kepada Allah SWT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar